Selasa, 08 Juni 2010

Mahabbah dan Kepatuhan

Seorang Mursyid bercerita kepada sang Murid tentang sebuah kisah Mahabbah dan Kepatuhan seorang Hamba dihadapan Allah yang melebihi apapun. Sang Mursyid mengutip dari sebuah Hadist Qudsi yang dinukil oleh Imam Sayyidina 'Ali Murtadha bin Abi Thalib. Kisah yang sederhana dan nyaris dilupakan banyak orang tapi masih menjadi rujukan bagi para Murid yang menempuh jalan Tauhid / Tassawuf / Tareqat.

Di sebuah keadaan malam itu, ketika semua Hamba bermunajad kepada Allah dengan segala bentuk aneka keinginan namun nun jauh dipojok, duduk seorang Hamba dengan airmata bercucuran. Dari mulutnya hanya keluar dua kata Istighfar dan Shalawat. Tak ada yang lain apalagi mengucapkan sebuah permintaan. Allah yang Mahatahu dengan Mahabijaksana dan Demokratis bertanya kepada Jibril tentang seseorang yang sejak tadi hanya melepas kata Istighfar dan Shalawat tanpa ada satupun permintaan.

ALLAH: “Wahai Jibril, siapakah seseorang yang duduk dipojok sana dengan bercucuran airmata? Sejak tadi Aku tidak mendengar satu permohonan dan keluhan yang keluar lewat bibirnya kecuali Istighfar dan Shalawat. Cobalah Kau datangi seseorang itu, tanyakan apa yang menjadi Hajadnya (Keinginan).”

JIBRIL: “Ya Allah kenapa Engkau sampai tertarik dengan seseorang itu, masih banyak hamba Engkau yang lain dan melebihi seseorang tersebut. Ya Allah, sedang menyembunyikan apakah seseorang itu hingga Engkau memalingkan wajahMu kearahnya. Tolong ajari Kami agar dapat memahami ini semua.”

ALLAH: “Pergilah kesana nanti Kau akan tahu.”

Maka Jibril pun mendekati seseorang yang masih duduk dipojok dengan airmata bercucuran.

JIBRIL: “Wahai hamba Allah yang mulia. Aku diperintah oleh Allah untuk menanyakan kepadamu, apa yang sesungguhnya menjadi hajadmu, sebab sejak tadi engkau hanya diam tanpa minta sesuatupun kepada Allah. Kau cuma menangis sambil mengucap Istighfar dan Shalawat.”

Dengan tersenyum seseorang itupun menjawab pertanyaan Jibril.

SESEORANG: “Bagaimana aku bisa sampaikan hajadku kepada Allah, sedangkan Allah sudah mengetahui apa yang sembunyi didalam hatiku.”

JIBRIL: “Sampaikanlah sekecil apapun hajadmu nanti Allah akan kabulkan.”

SESEORANG: “Aku malu kepada Allah dan Nuranbiya Muhammad jika harus mengutarakan sesuatu, padahal aku belum Qatam (selesai) memahami maksud Allah. Aku sedang belajar bersyukur dan sabar karena Allah menggerakkan orang lain untuk berbuat Dzalim kepadaku hingga aku teraniaya.”

JIBRIL: “Kau sampaikanlah kepada Allah agar menghentikan orang yang berlaku Dzalim kepadamu itu.”

SESEORANG: “Pernahkah Muhammad meminta kepada Allah agar menghukum orang-orang yang berlaku Dzalim kepada Beliau?”

JIBRIL: “Tidak.”

SESEORANG: “Jika tidak, bagaimana aku sanggup melakukan sesuatu yang Muhammad saja tak pernah lakukan. Wahai lelaki yang aku tak tahu Engkau siapa, ketahuilah, aku ini cuma pengikut Muhammad, jadi aku tak ingin melampaui yang kuikuti.”

JIBRIL: “Baiklah, apa yang aku dengar tadi akan kusampaikan kepada Allah.”

Jibril berlalu dan seseorang itu meneruskan Istighfar dan Shalawatnya.

JIBRIL: “Ya Allah, aku sudah dekati seseorang yang duduk di pojok sana. Sungguh benar Ya Allah, dia Umat Kekasihmu Nuranbiya Muhammad. Tolong ajari Kami cara memahami maksud Engkau.”

ALLAH: “Mahabbah (Cinta) dan Kepatuhan, itulah kuncinya. Aku sudah menguji kesungguhannya dalam Kepatuhan kepada-Ku dan Mahabbahnya kepada Kekasihku Muhammad. Sudah lama Aku menunggu satu keluhan keluar lewat bibirnya atau terbersit dalam hatinya namun hal itu tak pernah ada hingga sekarangpun dia datang kehadapanku tanpa satu keinginanpun. Wahai Jibril, ketahuilah, inilah manusia yang kalian protes sewaktu Aku ingin menciptakannya. Sekarang Aku bertanya kepadamu, adakah yang keliru dari Penciptaanku?”

JIBRIL: “Mahasuci Engkau ya Allah, tak ada yang keliru dan sia-sia segala ciptaanmu.”

ALLAH: “Wahai Hambaku, beginilah caraku mengangkat Derajat Hamba disisiku. Pujilah Aku semestinya dan jangan mengeluh.”

“Mahabbahlah kepada Kekasihku Muhammad dengan sepenuh Hati.
Wahai Izrail, Aku haramkan bagimu untuk menjemput dan mematikan seseorang yang duduk dipojok sana sebelum Aku penuhi segala Hajadnya di dunia.”

“Wahai Jibril, Mikail, Israfil, lindungilah seseorang yang duduk di pojok sana dengan namaku. Aku tak izinkan siapapun mengganggunya. Maka datanglah kehadapanKu dengan airmata bercucuran serta menyimpan semua keinginan. Janganlah sekali-kali kalian mengajariKu seolah Aku tak tahu apa yang jadi Hajad kalian. Belajarlah kalian semua dari seseorang yang duduk dipojok sana.”

Senin, 07 Juni 2010

Penelitian Membaca Al-quran

Dari hasil penelitian dari Universitas AlAzhar bahwa membaca AlQur'an dapat meningkatkan kinerja otak & mempertajam ingatan sampai 80% , Karena ada 3 aktivitas yang baik untuk otak yaitu :
1. Melihat
2. Mendengar
3. Membaca

Waktu yang bagus untuk membaca Al Qur'an adalah terutama setelah shalat subuh & magrib . Di kedua waktu tersebut otak dalam keadaan refresh karena pergantian waktu dari terang ke gelap & dari gelap ke terang.